Sabtu, 24 September 2016

Ikhlas jadi ibu

Hallo there!
Ini blog baru saya, duh plin plan ya kok blog aja sampe bikin lagi, soalnya saya bingung harus ngerapihin blog lama darimana, lama gak tersentuh, gak jelas isi nya tentang apa, mau lanjut postingan baru...tapi kok perasaan udah kadung acak kadul. Selain itu terutama karena sekarang saya udah berhijab, jadi mau sekalian berubah aja deh, hehehe abaikan aja yaa alasan-alasan ini.

Oke kita mulai,

Tahun 2016 ini, saya berhijab, sudah punya 2 anak, Denise umur 3 tahunan dan Darel umur 6 bulanan, masih jadi ibu rumah tangga full yang makin jauh meninggalkan cita-cita pengen jadi fotografer profesional, tapi masih pengen jadi photographreuner biar gak bingung ninggalin anak sama siapa. Dan akhirnya, dengan sadar insya Allah belajar ikhlas total jadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak kecil, sampai nanti saatnya anak-anak punya kegiatan sendiri, saya bisa mulai wara wiri lagi. Makanya biar gak mumet mumet banget, ya teteup foto-foto dirumah dan ngeblog deh dikit-dikit.



























Kenapa saya bilang belajar ikhlas jadi ibu rumah tangga? Mau ikhlas kok disebut sebut?


Saya jabarin kerjaannya yaaaa, urusan jadi seputar mandiin, nyiapin makan, main, mendidik dan menyusui, mau menghirup udara luar yaaa paling banter jalan jalan ke mini market depan, begituu aja setiap hari. Okelah setiap weekend bisa jalan nge mall atau tempat bermain, tapi tetep ya urusan urusan diatas itu dibawa juga, alias cuma pindah tempat. Keliatannya aja kan itu urusan sepele, tapi berulang ulang dan gak bisa enggak. Itu baru urusan anak, kalo belum sekolah. Ada lagi urusan rumah tangga, apalagi yang gak pake asisten rumah tangga, wuih gak kelar kelar deh urusan, mumet kalo dijabarin pake tulisan. Makanya urusan pribadi itu jadi di nomor kesekiaaaaaaan kan, sholat ya kadang buru buru, susah luangin waktu sekedar nonton acara tv favorit karena kalo pun bisa biasanya suka capek ketiduran, susah buat berlama lama mandi, susah milih baju yg beneran sedikit apalagi dandan, alhasil ya banyakan dasteran dan rambut uwel uwelan, gimana mau sekedar ketemuan sama temen, wuiiiih gak kebayang! ntar ajalah tahun depan. 


Nah coba siapa yang rela begitu begitu aja kesehariannya?


Hahahahaaha bayangan di atas cuma versi lebay atau versi dikala saya lagi ngedumel ya, walaupun kenyataannya sih mirip mirip tapi banyak senggangnya kok. 


Eh ayo saya tanya lagi, siapa yang rela hidupnya begitu? Teorinya sih pasti pada gak mau, tapi tetep aja banyaaaaaaaak yang rela, terutama perempuan, karena artinya kita sebagai perempuan naik kelas lagi, menjadi seorang ibu. Dan karena dibalik repot repot diatas, ada rasa bahagia yang gak bisa dijelasin dengan kata kata, ya kan buibu?


Makanya rata rata kalo ibu baru ditanya, "gimana rasanya jadi ibu?" jawabnya "capek sih, tapi happy!"


Nah dibalik cape tapi happy nya itu, saya masih ada pertanyaan, ikhlas gak?Ibu ibu yang full dirumah, gak punya banyak waktu lagi buat bersosialisasi, penampilan seadanya, sedih karena merasa gak dihargai karena predikat 'cuma ibu rumah tangga', sedikit kesempatan buat mengeksplor lagi hobby hobby atau pekerjaan sebelumnya. Ikhlas gak bu?


Saya rasa jawabannya mirip mirip dengan saya, insya Allah belajar ikhlas.


Eh, ada satu tulisan di time line facebook, yang saya terenyuh deh pas bacanya, tapi gak tau sumber awalnya dari mana, begini isinya :


Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman-temanmu yang lain sudah berpenghasilan besar, punya ini punya itu, sedangkan kita? dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. 

Mainkan saja peran kita, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rizqi dari Nya.

Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peran kita, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali.

Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksa kita untuk sama-sama bekerja dengan perusahaan , meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis (semoga itu tangis doa).

Mainkan saja peran kita, ya mainkan saja, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas.

Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. 

Mainkan saja peran kita, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah (ampunan Ilahi).

Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? tetap berjalan bersama ridho-Nya dan ridhonya, untuk bahagia buah cinta.

Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya, langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik-sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam menengadah mesra bersamanya.

Mainkan saja peran kita, tugas kita hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peran kita sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Zulaikha yang sabar menanti Yusuf tambatan hati, atau bagai Adam yang menanti Hawa di sisi.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini, membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai Ibu untuk anak dari rahim saudarimu.

Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka. Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasa menjadikan kekuatan untuk tetap taat.


Peranmu dan peranku sama di hadapan Allah. Mainkan saja peranmu dan aku memainkan peranku. Dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.
.
.
.
Insya Allah ya buibu, kita belajar ikhlas mainkan peranan kita, demi keluarga dan demi taat kepada Nya, Bismillah.

Love,
Ibu Istie